Kalimat ‘bumi semakin tua’ semakin hari memang sangat terasa. Adanya perubahan iklim secara global membuat suhu bumi meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk mengatasinya, termasuk dengan cara dekarbonisasi.
Perubahan iklim bukan hanya berdampak pada temperatur bumi yang semakin naik, tapi juga terhadap beberapa hal seperti kualitas air, lingkungan hingga keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Namun, sebenarnya apa itu dekarbonisasi?
Pengertian Dekarbonisasi
Menjaga kesehatan lingkungan terutama mengatasi perubahan iklim memang jadi kewajiban bersama. Ada banyak sekali langkah signifikan yang harus diambil dan pastinya butuh waktu lama.
Sementara itu, pengertian dekarbonisasi adalah proses yang dilakukan untuk mengurangi emisi dari gas rumah kaca, utamanya karbon dioksida (CO2). Selain itu, saat ini sudah tak sedikit perusahaan yang melakukan dekarbonisasi.
Program Dekarbonisasi PGN Saka
Salah satu perusahaan yang melakukan dekarbonisasi ini tak lain adalah PGN Saka. Sebagai perusahaan hulu migas yang berafiliasi dengan PGN Subholding Gas Pertamina, perusahaan ini berpartisipasi dalam program tersebut.
Sebab, menjadi perusahaan migas ternama membuat PGN Saka harus sadar akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan. Apalagi terdapat target khusus yang diinginkan oleh Pertamina untuk mencapai Not Zero Emission pada tahun 2060 nanti.
Dalam melakukan program dekarbonisasi, setidaknya ada beberapa langkah yang diambil oleh PGN Saka, di antaranya seperti:
1. Menggunakan Alat yang Jauh Lebih Efisien
Efisiensi penggunaan energi harus semakin ditingkatkan dengan mengoptimalkan peralatan yang ada. Hal ini bisa jadi salah satu cara untuk menekan emisi karbon, menghemat pemakaian energi tanpa perlu khawatir mengurangi kualitas produksi.
Dalam hal ini, langkah tepat yang diambil oleh PGN Saka adalah dengan menggunakan solar panel yang mempunyai kapasitas 18,36 kWp di wellhead platform C (WHP-C) serta di WHP-D pada proyek Sidayu.
Adanya solar panel tersebut nyatanya mampu memenuhi kebutuhan listrik yang ada di platform, ditambah mampu mengurangi jejak karbon sekitar 67,42 ton CO2 per semester.
2. Pengurangan Emisi dari Proses/Fugitive
PGN Saka juga sangat fokus dalam pengurangan emisi dan fugitive. Sebab, pada dasarnya yang memicu emisi karbon bukan hanya berasal dari pembakaran bahan bakar, melainkan dari beberapa faktor lain seperti kebocoran dan sebagainya.
Maka dari itu, PGN Saka mulai menerapkan kebijakan nol pembakaran rutin atau zero routine flaring serta berusaha untuk memanfaatkan gas yang memang terbuang sia-sia (flare gas). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan energi tambahan.
Tapi tak cuma berhenti di situ, sebab PGN Saka juga mulai menggunakan sealless pump serta leak detection and repair (LDAR) sebagai upaya untuk pengendalian emisi fugitive sekaligus memperkuat sistem pemantauan.
3. Menggunakan Energi dari Sumber Rendah Karbon
Mengurangi emisi bisa dibilang kurang cukup, oleh karena itu PGN Saka mengambil inisiatif untuk menggunakan sumber energi yang lebih ramah terhadap lingkungan. Hal ini dilakukan dengan pemakaian absorption chiller yang berguna memulihkan gas buang dari GTG (gas turbine generator).
Fungsi absorption chiller memang mampu menurunkan temperatur gas buang GTG kemudian menghasilkan pendingin yang bermanfaat untuk proses refrigerasi. Tentu saja itu menjadikan pemakaian listrik serta bahan bakar PGN Saka jadi lebih hemat sekaligus mengurangi emisi CO2.
4. Mengurangi Emisi dari Pembakaran
Walau ada banyak kendala yang terjadi, tapi program ini masih berjalan dan PGN Saka juga mempunyai langkah selanjutnya yaitu substitusi bahan bakar agar bisa mengurangi emisi dari pembakaran yang terjadi.
PGN Saka menerapkan substitusi gas engine terhadap flash gas compressor menggunakan electric driven flash gas compressor. Setidaknya dengan ini dapat mereduksi emisi kurang lebih 4.143 ton CO2 per tahun dan berpotensi menghemat energi 41,3 MMSCFD.
Dengan melakukan langkah-langkah dekarbonisasi di atas, artinya PGN Saka berkomitmen penuh menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan yang semakin hari semakin tidak sehat.